STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PTK 1)
Oleh Sujak, S.Pd., M.Pd 2)
- Pendahuluan
Belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian
informasi ke dalam kepala seorang peserta didik. Belajar membutuhkan
keterlibatan mental dan tindakan siswa itu sendiri. Penjelasan dan
peragaan oleh mereka sendiri, tidak akan menuju ke arah belajar yang
sebenarnya dan tahan lama. Hanya cara belajar aktif saja yang akan
mengarah pada pengertian ini.
Pada saat kegiatan belajar aktif, siswa melakukan sebagian besar
pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka menggunakan otak-otak
mereka…mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah, dan
menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif merupakan langkah
cepat, menyenangkan, mendukung, dan secara pribadi menarik hati. Sering
kali siswa hanya terpaku di tempat-tempat duduk mereka,
berpindah-pindah dan berpikir keras.
Untuk mempelajari sesuatu dengan baik, belajar aktif membantu siswa
untuk mendengarkan, melihat/membaca, mengajukan pertanyaan tentang
pelajaran tertentu, dan mendiksusikannya dengan yang lain. Yang paling
penting siswa perlu “melakukan” memecahkan masalah sendiri, menemukan
contoh-contoh, mencoba keterampilan-keterampilan, dan melakukan
tugas-tugas yang bergantung pada pengetahuan yang telah mereka miliki
atau yang harus mereka capai.
Kita tahu bahwa siswa belajar paling baik dengan cara melakukan. Hal
seperti itu pernah dikatakan oleh Confusius pada 2400 tahun yang lalu.
Mereka mengatakan:
Apa yang saya
dengar, saya lupa
Apa yang saya
lihat, saya ingat.
Apa yang saya
lakukan, saya paham.
Pendapat di atas dipertegas kembali oleh Silberman (1996:2) bahwa apa yang saya
dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan
lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat, dan
tanyakan atau
diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan
lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Apa yang saya
ajarkan pada orang lain, saya kuasai.
Semua pendapat di atas dalam pembelajaran perlu kita dalami dan
diaktualisasikan dalam strategi pembelajaran dalam bentuk prosedur
pembelajaran.
- Strategi Pembelajaran
Pada akhir abad kesembilan belas para ahli bahasa berusaha
mengembangkan kualitas pembelajaran bahasa. Para ahli tersebut mengkaji
prinsip-prinsip umum dan teori yang berkaitan dengan bahasa yang
dipelajari, bagaimana pengetahuan bahasa itu direpresentasikan dan
diorganisasikan di dalam memori, atau bagaimana bahasa itu sendiri
dibentuk. Para ahli bahasa tersebut akhirnya mengkolaborasikan
prinsip-prinsip dan pendekatan yang dapat dipertanggungjawabkan secara
teoritis ke dalam desain program pembelajaran bahasa yang sering
disebut strategi pembelajaran. Menurut Hasibun (1988:3) dan Raka Joni
(1984:2) Strategi adalah pola umum perbuatan guru-siswa di dalam
perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Pengertian strategi dalam hal ini
menunjuk kepada karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan
guru-siswa di dalam peristiwa belajar mengajar. Adapun strategi
pembelajaran menurut Saliwangi (1988:2) terdiri atas metode dan teknik
(prosedur) yang akan menjamin bahwa siswa betul-betul mencapai tujuan.
Strategi lebih luas daripada metode atau teknik.
Beberapa contoh strategi pembelajaran
Contoh 1: Pembelajaran berbasis kontekstual, yang mengintegrasikan antara pembelajaran IPS dengan bahasa Indonesia
Kegiatan Pendahuluan
1) Guru memberi pengantar bahwa segala sesuatu perlu
direncanakan dengan cermat. Apalagi jika kita akan melaksanakan
kegiatan besar yang melibatkan banyak orang, misalnya mengadakan
pertunjukan. Kita harus membuat rencana kegiatan yang matang. Guru
memberikan ilustrasi gagalnya sebuah kegiatan karena perencanaan yang
tidak cermat.
2) Sebagai pengantar, guru bertanya jawab dengan siswa tentang
apa saja yang perlu mendapat perhatian ketika kita merencanakan sebuah
kegiatan (sesuai dengan KD/indikator)
3) Guru menyampaikan rencana pembelajaran hari ini, yakni
merencanakan sebuah proyek tur musik dalam skala besar. Siswa diminta
bersikap untuk mempunyai rencana proyek besar, yaitu mengadakan tur
musik di 21 kota besar di Indonesia.
Kegiatan Inti
1) Guru menyiapkan peralatan: Peta Indonesia, kertas-kertasa
berwarna dari bahan apa saja (kertas manila, koran bekas, bekas bungkus
kado, atau daun pisang kering), lem kertas, gunting dan spidol warna
secukupnya.
2) Siswa membentuk keompok beranggotakan 4––5 orang. Setiap
kelompok mengidentifikasikan diri sebagai sebuah grup Musik. Setiap
kelompoknya memberi nama kelompoknya dengan grup tertentu. Boleh grup
yang sudah terkenal.
3) Siswa merencanakan kegiatan tur di 21 kota besar di
Indonesia: Pulau yang akan disinggahi, kota-kota yang akan dijadikan
tempat konser, jadwal, tujuan konser, personil, dan tiket.
4) Guru membagikan kertas warna dan spidol
5) Siswa membuat peta Indonesia (pulau-pulau penting saja)
dengan menyobeki kertas berwarna (didak boleh digunting untuk membentuk
Pulau Sumatra, Pulau jawa, Pulau Kalimantan, dan lain-lain.
6) Siswa menentukan kota-kota besar yang akan dikunjungi dan tanggalnya di dalam peta.
7) Siswa membuat deskripsi tertulis mengenai rencana kegiatan tur itu dan rutenya.
8) Sementara itu, anggota kelompok yang laian merencanakan
anggaran belanjanya; Biaya tur untuk setiap kota, harga tiket, jumlah
minimal penonton agar mencapai titik inpas, biaya akomodasi, dll.
9) Siswa mempresentasikan rencananya di depan kelas.
10) Siswa lain menanggapi rencana itu.
Kegiatan Penutup
1) Guru bersama-sama siswa mengadakan refleksi terhadap proses
dan hasil belajar hari ini tentang beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian dari sebuah rencana kegiatan.
2) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
pengalaman siswa ketika mengalami kegagalan karena perencanaan yang
kurang cermat.
Contoh 2: Strategi Jigsaw
Keterampilan membaca
Kegiatan Pendahuluan
1) Siswa membentuk kelompok yang hiterogin
2) Guru membangkitkan skemata siswa tentang topik bacaan dengan tanya jawab
3) Guru mengkondisikan siswa
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
1) Guru menugasi siswa membaca teks bacaan sesuai dengan
pembagian masing-masing anggota kelompok (kelompok kooperatif) dan
siswa mulai membaca teks bacaan
2) Guru menugasi siswa berkelompok sesuai dengan teks yang
dibaca (kelompok ahli). Siswa membentuk kelompok baru berdasarkan teks
yang dibaca.
3) Guru menugasi siswa mendiskusikan isi bacaan (sesuai dengan indikator/pertanyaan). Siswa berdiskusi.
4) Guru membimbing siswa untuk curah pendapat untuk menentukan apa yang diinginkan oleh indikator.
5) Guru menyuruh siswa kembali pada kelompok semula (kelompok kooperatif)
6) Siswa melaksanakan tutor teman sebaya dan melakukan
sharing hasil diskusi
7) Siswa menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.
Kegiatan Penutup
1) Guru bersama-sama siswa mengadakan refleksi terhadap proses
dan hasil belajar hari ini tentang beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian dari sebuah rencana kegiatan.
2) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan perasaannya dalam pembelajaran hari ini.
Contoh 3: Strategi SQ3R
Pembelajaran Membaca
Kegiatan Pendahuluan
1) Mensurvai teks bacaan
2) Menentukan tujuan pembelajaran
3) Menyusun Pertanyaan
Kegiatan Inti
1) Membaca teks bacaan untuk untuk menjawab pertanyaan dengan cara menandai jawaban pertanyaan
2) Menjawab pertanyaan dengan menggunakan bahasanya sendiri (menceritakan kembali)
3) Mendiskusikan penceritaan isi bacaan
4) Mereview teks bacaan
5) Menilai/mengomentari isi bacaan
6) Menyimpulkan teks bacaan
Kegiatan Penutup
1) Siswa dan guru melakukan refleksi
2) Siswa disuruh menyampaikan apa yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai
Contoh 4: Strategi DWA (
Directed Writing Activity
Keterampilan Menulis
Kegiatan Pendahuluan
1) Guru menjelaskan prosdur kegiatan menulis yang akan dilakukan
2) Guru membacakan teks narasi yang bersumber dari jurnal pribadi (buku harian)
3) Bertanya jawab tentang ciri wacana narasi yang terdapat dalam teks yang dibacakan
4) Menyeleksi gagasan dalam jurnal pribadi (buku harian) yang bisa dikembangkan menjadi wacana narasi
5) Mengumpulkan informasi untuk melengkapi gagasan
Kegiatan Inti
1) Siswa menulis draf secara individu
2) Siswa membacakan draf kepada guru dan/atau siswa lain untuk
mendapatkan balikan. Balikan ditekankan pada isi tulisan dan dikaitkan
pada ciri khas wacana narasi
3) Siswa merevisi draf dan mendiskusikan tulisan dengan guru dan/atau teman
4) Guru memberikan pembelajaran mini pada kegiatan ini dan mengamati kerja siswa
5) Siswa mengedit tulisan dengan memperhatikan aspek mekanik dalam tulisan. Kegiatan ini dilakukan guru bersama siswa
6) Siswa memperbaiki tulisan berdasarkan balikan yang diterima dari kegiatan editing
7) Siswa mempublikasikan hasilnya
Kegiatan Penutup
1) Guru dan siswa melakukan refleksi pembelajaran
2) Siswa menyampaikan pengalamannya saat pembelajaran
Contoh 5: Strategi Tubian Plus
Keterampilan Menulis, membaca, dan berbicara
Pertemuan pertama: Keterampilan menulis
Kegiatan Pendahuluan
1) Membagikan contoh teks pidato sebagai model
2) Menentukan bagian-bagian teks pidato
3) Memahami langkah-langkah menyusun teks pidato
Kegiatan Inti
1) Menulis bagian salam
2) Menulis bagian sapaan
3) Menulis bagian puji syukur
4) Menulis bagian pengantar isi
5) Menulis bagian isi
6) Menulis bagian penutup isi
7) Menulis bagian penutup pidato
8) Menulis salam penutup
9) Menukar teks pidatu yang selesai disusun
10) Mengoreksi tulisan teman sebangku
11) Merevisi teks pidato
Kegiatan Penutup
1) Guru dan siswa berefleksi tentang kegiatan pembelajaran dan hasilnya
2) Guru menugasi siswa berlatih berpidato di rumah
Pertemuan kedua: Keterampilan membaca
Kegiatan pendahuluan
1) Membagikan teks pidato
2) Menjelaskan teknik membaca teks pidato
3) Menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan
4) Membagi kelompok menjadi 6 bagian berdasarkan deret
5) Mengajak siswa keluar dari kelas menuju tempat latihan
6) Mengajak siswa berdiri membentuk lingkaran
7) Mengajak siswa melakukan peregangan
8) Mengajak siswa mengatur pernafasan dan posisi berdiri
9) Membimbing siswa menyuarakan vokal dari nada rendah, sedang, dan tinggi
10) Membimbing siswa menuarakan kata-kata lepas.
Kegiatan Inti
1) Membimbing siswa membaca/mengucapkan bagian salam
2) Membimbing siswa membaca/mengucapkan bagian sapaan
3) Membimbing siswa membaca bagian puji syukur
4) Membimbing siswa membaca bagian pengantar isi
5) Membimbing siswa membaca bagian isi
6) Membimbing siswa membaca bagian penutup isi
7) Membimbing siswa dalam bagian penutup pidato
8) Membimbing siswa dalam membaca salam penutup
9) Siswa berlatih membaca teks secara mandiri
Kegiatan Penutup
1) Siswa dan guru melakukan refleksi
2) Siswa disuruh menyampaikan apa yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai
Pertemuan ketiga: Keterampilan berbicara
Kegiatan Pendahuluan
1) Guru bertanya jawab tentang kinisik dan mimik saat berpidato
2) Guru menunjukkan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
1) Siswa berlatih mengucapkan salam
2) Siswa berlatih mengucapkan bagian sapaan
3) Siswa berlatih mengucapkan puji syukur
4) Siswa berlatih mengucapkan bagian pengantar isi
5) Siswa berlatih mengucapkan bagian isi
6) Siswa berlatih mengucapkan bagian penutup isi
7) Siswa berlatih mengucapkan bagian penutup pidato
8) Siswa berlatih mengucapkan salam penutup
9) Siswa berpidato di depan kelas
10) Siswa dan guru menanggapi pidato temannya
Kegiatan Penutup
1) Siswa dan guru melakukan refleksi
2) Siswa mengutarakan kesulitan pembelajaran hari ini
- Strategi Pembelajaran dalam PTK
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan guru
terhadap proses pembelajaran. Penelitian ini dilakukan secara
kolaboratif dan reflektif. Kegiatan penelitian harus bersifat siklus,
yakni siklus pertama dilanjutkan siklus kedua, dan seterusnya. Karena
penelitian ini berkaitan dengan persoalan siswa dan guru, maka guru
yang akan melakukan penelitian tindakan kelas harus mengetahui
permasalahan siswa terhadap sulitnya pembelajaran sehingga siswa
tersebut (mayoritas) dalam kelas masih mendapat nilai di bawah stantar
yang diinginkan.
Jika sudah ditemukan topik pembelajaran atau kompetensi dasar yang
sulit dikuasai siswa, guru perlu mencari solosinya baik yang berkaitan,
strategi, metode, maupun media pembelajaran
Misalnya: Siswa mengalami kesulitan pembelajaran membaca intensif/
menulis cerita pengalaman pribadi/berpidato sehingga mayoritas siswa
setiap pembelajaran membaca intensif selalu mendapat nilai di bawah
standar. Guru yang mengalami pembelajaran seperti itu harus mencari
solosi pembelajaran dengan cara membaca referensi tentang ”pembelajaran
membaca intensif” dan ”strategi pembelajaran”
Maka disusunlah penelitian tindakan kelas dengan judul:
- Peningkatan Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi dengan Strategi DWA Siswa Kelas VII SMP Bintang Kecil Lamongan Tahun Pelajaran 2007/2008
- Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif dengan Strategi SQ3R Siswa
Kelas VIII SMP Bintang Besar Lamongan Tahun Pelajaran 2007/2008
- Peningkatan Keterampilan Pidato dengan Strategi Tubian Plus Siswa Kelas IX SMP Halilintar Lamongan Tahun Pelajaran 2007/2008
Contoh-contoh di atas dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Sebelum kita menulis proposal penelitian tindakan kelas tentang
skema di atas, kita harus menulis prosedur pembelajaran yang rencananya
digunakan pembelajaran pada siklus pertama dan akhirnya diperbaiki
(jika nilainya belum memuaskan) pada siklus kedua dan seterusnya.
Misalnya
Prosedur pembelajaran
1) Penjelasan tentang (a) masalah yang harus dipecahkan, (b)
cara pemecahan masalah, (c) bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
(d) target penyelesaian tugas dalam waktu kurang dari 8 menit
2) Siswa membentuk kelompok kerja, membaca teks secara cepat
untuk memperoleh gambaran (a) kerangka isi bacaan, (b) fakta, pendapat,
dan pesan dalam bacaan, (c) kemungkinan keberadaan kalimat utama dalam
setiap paragraf, dan (d) pertanyaan tentang isi bacaan
3) Siswa menyusun pertanyaan dan melakukan kegiatan membaca
secara cermat guna menemukan jawaban pertanyaan . Pada tahap ini siswa
tidak boleh melakukan pembahasan . mereka hanya mencatat
kemungkinan-kemungkinan jawaban pertanyaan secara individu.
4) Siswa membahas kemungkinan jawaban pertanyaan pertanyaan
berdasarkan catatan yang telah disusun dan melakukan kegiatan pembacaan
ulang pada bagian-bagian yang dianggap relevan.
5) Siswa secara kelompok bersama-sama membahas jawaban
pertanyaan dan setiap anggota menuliskan jawaban tersebut, pada buku
tugas. Setelah seluruh jawaban pertanyaan terselesaikan , siswa
mengecek lagi jawaban pertanyaannya dengan membaca lagi teks secara
keseluruhan.
6) Siswa kembali berkumpul dalam bentuk klasikal. Guru
mengajukan pertanyaan pertama. Salah seorang siswa sebagai wakil
kelompok membacakan jawabannya. Kelompok lain diminta
menanggapi/membandingkan jawaban tersebut dengan jawaban yang dihasilkan
kelompok kerjanya.
7) Siswa melakukan
brainstorming, guru mencatat kemungkinan maslah yang belum dipahami maupun masalah baru yang muncul
8) Guru mengadakan klarifikasi menyangkut masalah yang belum
terpecahkan, mengemukakan konsep-konsep baru secara tiak langsung
telah dipahami siswa, misalnya tentang paragraf, hubungan kalimat utama
dengan kalimat penjelas dalam paragraf, fungsi kalimat utama dan kalimat
penjelas.
9) Guru memberi kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami
Berdasarkan prosedur pembelajaran di atas, guru menulis skenario
pembelajaran dengan strategi tersebut untuk siklus I dengan
mengelompokkan menjadi tiga bagian, yakni kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup. Selesai menyusun skenario pembelajaran, guru
membuat instrumen penelitian. Pembuatannya sama dengan membuat instrumen
pedoman penilaian pada penilaian proses /
Authentic Assessment).
Contoh
SKENARIO PEMBELAJARAN DALAM PTK
SIKLUS I REFLEKSI SIKLUS II
Kegiatan Pendahuluan
- Siswa membentuk kelompok yang hiterogin
- Guru membangkitkan skemata siswa tentang topik bacaan dengan tanya jawab
- Guru mengkondisikan siswa
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
- Guru menugasi siswa membaca teks bacaan sesuai dengan
pembagian masing-masing anggota kelompok (kelompok kooperatif) dan
siswa mulai membaca teks bacaan
- Guru menugasi siswa berkelompok sesuai dengan teks yang dibaca
(kelompok ahli). Siswa membentuk kelompok baru berdasarkan teks yang
dibaca.
- Guru menugasi siswa mendiskusikan isi bacaan (sesuai dengan indikator/pertanyaan). Siswa berdiskusi.
- Guru membimbing siswa untuk curah pendapat untuk menentukan apa yang diinginkan oleh indikator.
- Guru menyuruh siswa kembali pada kelompok semula (kelompok kooperatif)
- Siswa melaksanakan tutor teman sebaya dan melakukan sharing hasil diskusi
- Siswa menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.
Kegiatan Penutup
- Guru bersama-sama siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan
hasil belajar hari ini tentang beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian dari sebuah rencana kegiatan.
- Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan perasaannya dalam pembelajaran hari ini.
|
(CATATAN SE-LAMA PEMBELA-JARAN BER-LANGSUNG
-POSITIF
-NEGATIF)
BAGIAN NEGATIF DIPERBAIKI SUPAYA MENJADI POSITIF DAN DIRAN-CANG DA-LAM BEN-TUK SKE-NA–RIO
PEM-BELAJARAN
UNTUK
S
I
K
L
U
S
II
|
Kegiatan Pendahuluan
- Siswa membentuk kelompok yang hiterogin
- Guru membangkitkan skemata siswa tentang topik bacaan dengan tanya jawab
- Guru mengkondisikan siswa
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
- Guru menugasi siswa membaca teks bacaan sesuai dengan
pembagian masing-masing anggota kelompok (kelompok kooperatif) dan
siswa mulai membaca teks bacaan
- Guru menugasi siswa berkelompok sesuai dengan teks yang dibaca
(kelompok ahli). Siswa membentuk kelompok baru berdasarkan teks yang
dibaca.
- Guru membimbing siswa dalam diksusi kelompok pada setiap kelompok ahli
- Guru menugasi siswa mendiskusikan isi bacaan (sesuai dengan indikator/pertanyaan). Siswa berdiskusi.
- Guru membimbing siswa untuk curah pendapat untuk menentukan apa yang diinginkan oleh indikator.
- Guru menyuruh siswa kembali pada kelompok semula (kelompok kooperatif)
- Siswa melaksanakan tutor teman sebaya dan melakukan sharing hasil diskusi
- Siswa menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.
Kegiatan Penutup
- Guru bersama-sama siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan
hasil belajar hari ini tentang beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian dari sebuah rencana kegiatan.
- Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan perasaannya dalam pembelajaran hari ini.
|
- Penutup
Strategi, metode dan teknik dalam pembelajaran saling berkaitan.
Ketiga istilah itu sering digunakan guru dalam mengatasi permasalahan
pembelajaran. Guru yang melakukan pemecahan masalah dengan strategi atau
metode tersebut secara siklus sampai mendapatkan hasil positif maka
guru tersebut sama dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK).
Sayangnya apa yang telah dilakukan guru tersebut jarang sekali
didokumentasikan (ditulis).
Karena menulis karya ilmiah merupakan salah satu kompetensi guru
maka para guru harus mulai sekarang mendokumentasikan apa yang pernah
dialaminya dalam proses pembelajaran tersebut. Tulisan guru yang dalam
bentuk karya ilmiah tersebut harus sesuai dengan kriteria karya ilmiah.
PEMBELAJARAN MENULIS NONFIKSI SEBUAH KONSEP, PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN Oleh: Sujak, S.Pd.,M.Pd
1. Pendahuluan
Farris (1993:20) mengatakan bahwa kemampuan berpikir merupakan dasar
bagi semua keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara. membaca, dan
menulis). Keempat keterampilan itu saling terkait, yang satu
berhubungan dengan yang lainnya. Dalam pembelajaran pun guru tidak bisa
hanya menyajikan satu keterampilan saja melainkan dikaitkan dengan
keterampilan lainnya. Seorang guru dalam pembelajaran menulis selalu
mengadakan tanya jawab, menjelaskan konsep menulis, menyuruh siswa
membaca materi. Hal itulah yang mendukung pendapat Farris tersebut
––keterampilan yang satu berkait dengan keterampilan lainnya––. Menurut
Syafi’ie (2000:5) selain ada keterkaitan di antara keempat keterampilan
tersebut, kebahasaan berada di tengah-tengah keempat keterampilan itu.
Hal seperti ini menandakan bahwa penyajian kebahasaan dalam pembelajaran
bisa dimasukkan dalam semua keterampilan (membaca, menulis,
mendengarkan dan berbicara). Menurut Puskur (2002:4) Pembelajaran
kebahasaan yang berupa kata, kalimat, paragraf dapat disampaikan dalam
komunikasi tulis dan lisan (menulis, membaca, mendengarkan), tanda baca,
ejaan disampaikan dalam bahasa tulis, sedangkan unsur-unsur kebahasaan
yang berkaitan dengan prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan, tempo)
dapat disampaikan dalam keterampilan berbicara.
Keterampilan berbahasa yang dianggap paling sulit oleh guru dan siswa
adalah menulis karena dalam keterampilan ini siswa dituntut
mengaplikasikan semua kebahasaan dalam bentuk formal. Padahal bahasa
Indonesia terjadi ”penggembosan bahasa formal dalam kehidupan
sehari-hari”. Ini terbukti bagaimana penulisan kata-kata: faham,
Nopember, apotik, analisa, dsb. Semua kata yang ditulis itu hampir 80 %
pengguna bahasa Indonesia menggap benar, makanya Badudu mengatakan
”salah kaprah”. Untuk merubah pikiran seperti itu, siswa harus banyak
latihan menulis. Dalam Kurikulum 2004 (2004:20) Kompetensi Dasar yang
berkaitan dengan kemempuan menulis nonsastra adalah (1) menulis buku
harian, (2) menulis surat pribadi, (3) menulis teks pengumuman, (4)
menyunting karangan sendiri/orang lain, (5) menulis pengalaman, (7)
mengubah teks wawancara menjadi narasi, (8) menulis surat resmi, (9)
menulis pesan memo, (10) menulis rangkuman dari beberapa teks bacaan
yang memiliki kemiripan topik, (11) menulis laporan, (12) menulis surat
resmi, (13) menulis ulasan buku biografi, (14) menulis teks berita, (15)
menulis rangkuman isi buku ilmu pengetahuan populer, (16) menulis
slogan dan poster untuk berbagai keperluan, (17) menulis rencana
kegiatan, (18) menulis petunjuk, (19) menulis iklan baris, (20) mencatat
hal-hal penting dari buku yang dibaca, (21) menulis karya tulis
sederhana dengan menggunakan berbagai sumber, (22) menulis teks
pidato/ceramah/khotbah, (23) menulis artikel jurnalistik, (24) meresensi
buku pengetahua/penemuan.
Berdasarkan Kompetensi Dasar di atas, kami anggap bagian yang perlu
mendapat perhatian dalam pembelajaran menulis adalah (1) menulis teks
berita, (2) meresensi buku pengetahuan/penemuan, dan (3) menulis
artikel.
2. Konsep Menulis Teks Berita
Teknik Menulis Berita
Pada umumnya para wartawan setiap menulis berita dengan gaya ”piramida
terbalik”. Tujuan dari gaya penulisan seperti itu, untuk memudahkan
khalayak pembaca yang secara cepat ingin mengetahui apa yang terjadi
dalam pemberitaan itu. Di samping itu ada tujuan lain yang bersifat
intern, yakni untuk memudahkan para redaktur memotong bagian yang tidak
penting dari berita itu yang terletak di bagian paling bawah (akhir)
demi menyesuaikan dengan ruang (kolom) yang tersedia di surat kabat yang
bersangkuatan. Jadi, gaya piramida terbalik merupakan teknik menulis
berita yang disesuaikan dengan sifat khalayak maupun cara kerja wartawan
yang sigap dan harus cepat selesai.
Penggunaan ”piramida terbalik” itu bukanlah berarti secara fisik,
melainkan ditinjau dari segi ”kepadatan” nilai informasi dari berita
yang ditulis itu.
Perhatikan skema di bawah ini.
Judul Berita (headline)
Baris tanggal (dateline)
Teras berita (lead, intro)
Dalam suatu berita memang terdapat sebuah kestuan antara judul
berita, baris tanggal, teras berita, dan tubuh berita, masing-masing
tidak berdiri sendiri-sendiri, saling terkait satu sama lain. Oleh
karena itu, mengetahui secara lebih terperinci mengenai bagian dari
struktur berita tersebut merupakan suatu keharusan. Untuk memahami hal
tersebut dapat diikuti beberapa penjabaran berikut ini.
a. Judul Berita
Biasanya disebut headline” berfungsi menolong pembaca yang ingin segera
mengenal kejadian-kejadian yang terjadi di sekelilingnya. Fungsi lainnya
adalah ada hubungannya dengan teknik grafika (percetkan) khususnya yang
menyangkut tipe-tipe huruf, agar lebih menarik perhatian pembaca,
peranan penonjolan tipe huruf pada judul berita sangat penting. Memang
kenyataan di lapangan, orang yang membaca berita di surat kabar itu
biasanya membaca judulnya dulu dan bila judul tersebut menarik
perhatiannya maka dia akan meneruskan membaca seluruh berita karena
didorong oleh rasa “ingin tahu” tentang isi yang diberitakan. Oleh
karena itu merumuskan judul mempunyai syarat: tidak terlalu panjang,
bisa mencerminkan inti dari isi berita, dapat memancing orang untuk
tertarik.
b. Baris tanggal (dateline)
Menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan singkatan (inisial) dari
surat kabar. Sebagai contoh, kita membaca berita di harian Kompas pasti
terdapat dateline seperti:
- Semarang, Kompas
Baris tanggal ini menunjukkan bahwa berita tersebut ditulis di Semarang
tempat kejadian yang diberitakan tersebut, sedangkan kata Kompas
menunjukkan bahwa berita tersebut didapat langsung dari wartawan Kompas,
maksudnya bukan kutipan dari surat kabar (media, lembaga berita
lainnya).
Lain lagi bila kita membaca berita dengan dateline seperti:
- Bandung, Antara.
Artinya berita tersebut ditulis di Bandung tempat kejadian itu dan
ditulis oleh Wartawan Antara (kantor berita) kemudian berita tadi
dikutip oleh surat kabar yang bersagkutan. Adakalanya untuk surat kabar
yang mempunyai nama terdiri dari dua kata biasnya cukup disingkat,
seperi Jawa Pos (JP), Surabaya Post (SP), Suara Karya (SK), dll.
c. Teras Berita
Dalam penulisan berita, yang paling penting dan utama adalah teras
berita (lead, intro). Menulis teras berita merupakan bagian yang agak
sulit karena teras berita yang baik haruslah mampu menyajikan fakta
penting yang diberitakan dan dapat pula menarik minat pembaca untuk
meneruskan membaca lebih lanjut.
Untuk menulis teras berita harus diperhatikan penggunaan rumus 5W + 1H.
Rumusan ini kalau dijabarkan menjadi enam pertanyaan yang harus dijawab
wartawan sebelum mulai menulis teras berita.
a. Who (siapa)
Siapakah yang diberitakan? Siapakah yang terlibat dalam kejadian itu? Siapakah yang berkomentar?
b. What (apa)
Apa yang terjadi? Apa yang diperbuat oleh orang itu?
c. When (kapan)
Kapan hal itu terjadi? Kapan hal itu berubah?
d. Whre (di mana)
Di mana hal itu terjadi?
e. Why (mengapa)
Mengapa peristiwa itu terjadi? Apa sebabnya?
f. How (bagaimana)
Bagaimana peristiwa itu terjadi? Dengan cara bagaimana hal itu terjadi?
Jika kita sudah mampu merumuskan jawaban dari enam pertanyaan tersebut,
maka pilihlah hal-hal penting dari jawaban itu untuk menulis teras
berita. Agar lebih mudah, bagilah teras berita itu menjadi dua kalimat.
Yang pertama berisi kunci peristiwa ditambah dengan hal yang lebih
penting, kedua berisi fakta penting lainnya. Gunakan kalimat-kalimat
singkat, tetapi mengena pada sasaran, kalimat-kalimat itu akan lebih
mudah dibaca dan dimengerti oleh pembaca.
Contoh:
Kemarin pagi di Jalan Embong Malang, Indah (27) pelayan restoran,
meningal dunia waktu menyeberang ditabrak mobil sedan dengan kecepatan
tinggi dan tidak lagi bisa dikendalikan.
Teras berita pada contoh tersebut sudah mencakup enam pertanyaan
- siapa : Indah, usia 27 tahun, pelayan restoran
- apa : meninggal dunia
- kapan : kemarin pagi
- di mana : Jalan Embong Malang
- mengapa: waktu menyeberang jalan
- bagaimana : ditabrak mobil sedan dengan kecepatan tinggi dan tidak dapat dikendalikan.
Pada perkembangan terakhir ini, kita kenal cara baru yang disebut
”summary-lead’ (teras berita yang dipadatkan) artinya kesatuan gagasan
di dalam penulisan berita harus dijadikan pegangan pokok. Jadi hanya
unsur terpenting saja yang ditonjolkan dalam teras berita. Sedangkan
hal-hal yang tidak relevan dalam berita itu sedapat mungkin dihindarkan.
Menurut Suharianto (1991:10) ada bermacam-macam teras berita yang
masing-masing menonjolkan kekhususannya, di anataranya adalah:
a. Teras berita siapa (who)
”Kakanwil Depdikbud Jatim Rasio kemarin sore di New Grand Park Hotel
Surabaya telah membuka penataran Kepala sekolah seluruh Jawa Timur”.
b. Teras berita (what)
” Penataran Kepala Sekolah se Jawa Timur secara resmi kemarin sore
dibuka oleh kakanwil Depdikbud Jawa Timur Rasio di New Grand Park
Surabaya”.
c. Teras berita kapan (When)
”Kemarin sore di New Grand Park Surabaya penataran Kepala Sekolah
seluruh Jawa Timur dibuka secara resmi oleh Rasio , Kakanwil Depdikbud
Jawa Timur”.
d. Teras berita di mana (Where)
“Di New Grand Park kemarin sore penataran Kepala Sekolah seluruh Jawa Timur dibuka Kakanwil Depdikbud Jawa Timur Rasio”.
e. Teras berita mengapa (whay) / bagaimana (how)
“ Untuk meningkatkan mutu Kepala Sekolah, kemarin sore kakanwil
Depdikbud Jawa Timur Rasio membuka penataran Kepala sekolah se Jawa
Timur di New Grand Park”.
Menurut Materi Pokok PTBK (2004:47) ada lima teras berita, di antaranya;
(1) teras simpulan (2) teras pernyataan, (3) teras kutipan, (4) teras
kontras, (5) teras eksklamasi. Teras simpulan adalah teras berita yang
menyimpulkan atau memadatkan. Teras pernyataan adalah teras berita yang
berupa pernyataan. Teras kutipan adalah teras berita yang berupa kutipan
ucapan seseoran. Teras kontras adalah teras berita yang berisi sesuatu
yang bertentangan dengan apa yang sedang berlaku di masyarakat. Teras
eksklamasi adalah teras berita yang berisi sebuah ungkapan yang
menunjukkan jeritan, rasa sakit dan ungkapan yang sejenis.
d. Tubuh Berita
Seperti dikemukakan sebelumnya, bahwa penulisan teras berita
merupakan bagian yang agak sulit atau mungkin paling sulit dari
rangkaian pekerjaan menulis berita. Maka tidak berlebihan bila dikatakan
bahwa kalau teras berita sudah tersusun dengan baik, maka menulis
bagian berita selanjutnya akan menjadi mudah. Jadi, menulis tubuh
berita, tidak lain hanya melanjutkan menulis teras berita, dengan
melengkapi fakta-fakta yang diperkuat oleh saksi mata (orang yang
melihat langsung kejadian) atau dapat diperoleh dari pejabat yang
menangani persoalan yang diberitakan tersebut. Dalam menulis tersebut
menurut Rose (2002:136) memerlukan waktu 40 % untuk penelitian, 20 %
menulis, dan 40 % revisi. Dengan demikian, setiap sekali menulis harus
direvisi dua kali.
3. Pembelajaran Menulis Berita
Berdasarkan Kurikulum 2004 (2004:31) jenis materi setiap pembelajaran
dapat dibedakan menajdi empat ; fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.
Materi jenis fakta adalah materi yang berupa nama-nama objek, nama
tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau
komponen suatu benda, dan sebaginya. Materi konsep berupa pengertian,
definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus,
postulat adagium, paradigma. Materi jenis prosedur berupa
langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya
langkah-langkah menelepon, cara pembuatan telur asin atau cara pembuatan
bel listrik.
Jika akan memberikan pembelajaran menulis berita, kita harus
mengelompokkan, mana yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan mana yang
termasuk prosedur.
Contoh Pembelajaran menulis berita dengan strategi modeling dalam CTL
Bagian pendahuluan
1. Siswa membawa teks berita dari rumah atau disediakan guru
2. Siswa mengamati teks berita dalam surat kabar.
3. Guru bertanya kepada siswa tentang isi berita, ciri-ciri berita, bentuk berita, gaya penulisan berita
4. Guru membantu siswa dalam menentukan ciri-ciri berita tersebut
5. Siswa dan guru menyimpulkan materi konsep tersebut.
Bagian Inti
1. Guru memberi contoh model berita yang ada headline, dateline, lead, dan tubuh berita
2. Guru memberikan lembar kerja yang bagian-bagian 5W + 1H dirumpangkan
3. Siswa disuruh menulis berita berdasarkan peristiwa yang pernah dilihatnya dengan bingkai model berita yang diberikan guru.
4. Siswa mendiskusikan hasil tulisannya dengan teman-temannya (kelompoknya)
5. Siswa merevisi tulisannya
6. Siswa menulis hasil revisinya di kertas manila atau kertas dobel folio.
7. Siswa menempelkan hasil tulisnnya di papan tulis atau di tembok kelasnya untuk dibaca teman-temannya.
Kegiatan Penutup
1. Guru dan siswa menyimpulkan kegiatan
2. Refleksi terhadap kegiatan
3. Penilaian Menulis Berita
Penilaian dalam KBK menganut prinsip penilaian berkelanjutan dan
komprehensif guna mendukung upaya memandirikan siswa untuk belajar,
bekerja sama, dan menilai diri sendiri. Penilaian dilaksanakan dalam
rangka penilaian berbasis kelas. PBK tersebut harus memperhatikan tiga
ranah, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Menurut Barokah
(2003:11) ketiga ranah ini dinilai secara proporsional sesuai dengan
sifat mata pelajaran. Sebagai contoh pelajaran bahasa Indonesia lebih
menitikberatkan pada pengembangan keterampilan berbahasa maka
penilainnya seharusnya menitikberatkan pada penilaian terhadap
keterampilan berbahasa siswa. Karena seperti itu maka guru harus menilai
siswa melalui penilaian proses dan penilaian hasil.
Daftar Rujukan
Farris, Pamela J. 1993. Language Art A Process Approach. Wisconsin: Brown & Benchmark Publishers
Harianto, Slamet, tth. Pedoman Penulisan Berita dan Wawancara. Makalah
Hernowo. 2003. Quantum Writing, Cara Cepat Nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. MLC: Bandung.
Puskur. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Rose, Colin. 2002. Acceleratet Learning Systems. Ailesburry: Bucks
Santoso, Barokah. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah:Implementasi Kegiatan Belajar Mengajar. Makalah