Sabtu, 29 Juni 2013

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PTK  1)
Oleh Sujak, S.Pd., M.Pd 2)
  1. Pendahuluan
Belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi ke dalam  kepala  seorang peserta didik. Belajar membutuhkan  keterlibatan mental dan tindakan siswa itu sendiri. Penjelasan dan peragaan oleh mereka sendiri, tidak akan menuju ke arah belajar yang sebenarnya dan tahan lama. Hanya cara belajar aktif saja  yang akan mengarah pada pengertian ini.
Pada saat kegiatan belajar aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka menggunakan otak-otak mereka…mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan secara pribadi menarik hati. Sering kali  siswa  hanya terpaku  di tempat-tempat duduk mereka, berpindah-pindah dan berpikir keras.
Untuk mempelajari  sesuatu dengan baik, belajar aktif membantu siswa  untuk mendengarkan, melihat/membaca, mengajukan pertanyaan tentang pelajaran tertentu, dan mendiksusikannya dengan yang lain. Yang paling penting siswa perlu “melakukan” memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan-keterampilan, dan melakukan tugas-tugas  yang bergantung pada pengetahuan yang telah mereka miliki atau yang harus mereka capai.
Kita tahu bahwa siswa belajar paling baik dengan cara melakukan. Hal seperti itu pernah dikatakan oleh  Confusius pada 2400 tahun yang lalu. Mereka mengatakan:
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya  lihat, saya ingat.
Apa yang saya lakukan, saya paham.
Pendapat di atas dipertegas kembali oleh Silberman (1996:2) bahwa apa  yang saya dengar, saya lupa. Apa  yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau  diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.
Semua pendapat di atas dalam pembelajaran perlu kita dalami dan diaktualisasikan dalam strategi pembelajaran dalam bentuk prosedur pembelajaran.
  1. Strategi Pembelajaran
Pada akhir abad kesembilan belas  para ahli bahasa  berusaha mengembangkan  kualitas pembelajaran bahasa. Para ahli tersebut mengkaji prinsip-prinsip umum dan teori yang berkaitan dengan  bahasa yang dipelajari,  bagaimana pengetahuan bahasa  itu direpresentasikan dan diorganisasikan  di dalam memori, atau bagaimana bahasa itu sendiri dibentuk. Para ahli bahasa tersebut akhirnya  mengkolaborasikan prinsip-prinsip dan pendekatan yang dapat dipertanggungjawabkan secara teoritis ke dalam desain program  pembelajaran bahasa yang sering disebut strategi pembelajaran. Menurut Hasibun (1988:3) dan Raka Joni (1984:2) Strategi  adalah pola umum  perbuatan guru-siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Pengertian strategi dalam hal ini  menunjuk kepada karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan  guru-siswa di dalam peristiwa  belajar mengajar. Adapun strategi pembelajaran menurut Saliwangi (1988:2)  terdiri atas metode dan teknik (prosedur) yang akan menjamin bahwa siswa betul-betul mencapai tujuan.  Strategi lebih luas daripada metode atau teknik.
Beberapa contoh strategi pembelajaran
Contoh 1: Pembelajaran berbasis kontekstual, yang mengintegrasikan antara pembelajaran  IPS dengan bahasa Indonesia
Kegiatan Pendahuluan
1)      Guru memberi pengantar bahwa segala  sesuatu  perlu direncanakan dengan cermat. Apalagi jika kita  akan melaksanakan kegiatan besar yang melibatkan banyak orang, misalnya mengadakan pertunjukan. Kita harus membuat rencana  kegiatan yang matang. Guru  memberikan ilustrasi gagalnya sebuah  kegiatan karena perencanaan yang tidak cermat.
2)      Sebagai pengantar, guru bertanya jawab dengan siswa tentang apa saja yang perlu mendapat  perhatian ketika kita merencanakan sebuah kegiatan (sesuai dengan KD/indikator)
3)      Guru menyampaikan rencana pembelajaran hari ini, yakni merencanakan sebuah proyek tur musik dalam skala besar. Siswa diminta bersikap untuk mempunyai rencana proyek  besar, yaitu mengadakan tur musik di 21 kota besar di Indonesia.
Kegiatan Inti
1)      Guru menyiapkan  peralatan: Peta Indonesia, kertas-kertasa berwarna dari bahan apa saja (kertas manila, koran bekas, bekas bungkus kado, atau daun pisang kering), lem kertas, gunting dan spidol warna secukupnya.
2)      Siswa membentuk keompok beranggotakan 4––5 orang. Setiap kelompok mengidentifikasikan diri sebagai sebuah grup Musik. Setiap kelompoknya memberi nama kelompoknya dengan grup tertentu. Boleh grup yang sudah terkenal.
3)      Siswa merencanakan kegiatan tur di 21 kota besar di Indonesia: Pulau yang akan disinggahi, kota-kota yang akan dijadikan tempat konser, jadwal, tujuan konser, personil, dan tiket.
4)      Guru membagikan kertas warna dan spidol
5)      Siswa membuat peta Indonesia (pulau-pulau penting saja) dengan menyobeki kertas berwarna (didak boleh digunting untuk membentuk Pulau Sumatra, Pulau jawa, Pulau Kalimantan, dan lain-lain.
6)      Siswa menentukan kota-kota besar yang akan dikunjungi dan tanggalnya  di dalam peta.
7)      Siswa membuat deskripsi tertulis mengenai rencana kegiatan tur itu dan rutenya.
8)      Sementara itu, anggota kelompok yang laian merencanakan anggaran belanjanya; Biaya tur untuk setiap kota, harga tiket, jumlah minimal penonton agar mencapai titik inpas, biaya akomodasi, dll.
9)      Siswa mempresentasikan rencananya di depan kelas.
10)  Siswa lain menanggapi rencana itu.
Kegiatan Penutup
1)      Guru bersama-sama siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari ini tentang  beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari sebuah rencana   kegiatan.
2)      Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pengalaman siswa ketika mengalami kegagalan  karena perencanaan yang kurang cermat.
Contoh 2: Strategi Jigsaw
Keterampilan membaca
Kegiatan Pendahuluan
1)      Siswa membentuk kelompok yang hiterogin
2)      Guru membangkitkan skemata siswa tentang topik bacaan dengan tanya jawab
3)      Guru mengkondisikan siswa
4)      Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
1)      Guru menugasi siswa membaca teks  bacaan  sesuai dengan pembagian  masing-masing anggota kelompok (kelompok kooperatif) dan siswa mulai membaca teks bacaan
2)      Guru menugasi siswa berkelompok sesuai dengan teks  yang dibaca (kelompok ahli). Siswa membentuk kelompok baru berdasarkan teks  yang dibaca.
3)      Guru menugasi  siswa mendiskusikan isi bacaan (sesuai dengan indikator/pertanyaan). Siswa berdiskusi.
4)      Guru membimbing siswa  untuk curah pendapat  untuk menentukan apa yang diinginkan oleh indikator.
5)      Guru menyuruh siswa kembali pada  kelompok semula (kelompok kooperatif)
6)      Siswa melaksanakan tutor teman sebaya dan melakukan sharing hasil diskusi
7)      Siswa menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.
Kegiatan  Penutup
1)      Guru bersama-sama siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari ini tentang  beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari sebuah rencana   kegiatan.
2)      Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan perasaannya dalam pembelajaran hari ini.
Contoh 3: Strategi SQ3R
Pembelajaran Membaca
Kegiatan Pendahuluan
1)      Mensurvai teks bacaan
2)      Menentukan tujuan pembelajaran
3)      Menyusun Pertanyaan
Kegiatan Inti
1)      Membaca teks bacaan untuk  untuk menjawab pertanyaan dengan  cara menandai jawaban pertanyaan
2)      Menjawab pertanyaan dengan menggunakan bahasanya sendiri (menceritakan kembali)
3)      Mendiskusikan penceritaan isi bacaan
4)      Mereview teks bacaan
5)      Menilai/mengomentari  isi bacaan
6)      Menyimpulkan teks bacaan
Kegiatan Penutup
1)      Siswa dan guru melakukan refleksi
2)      Siswa disuruh menyampaikan apa yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai
Contoh 4: Strategi DWA ( Directed Writing Activity
Keterampilan Menulis
Kegiatan Pendahuluan
1)      Guru menjelaskan prosdur  kegiatan menulis  yang akan dilakukan
2)      Guru membacakan teks narasi yang bersumber dari jurnal pribadi (buku harian)
3)      Bertanya jawab  tentang ciri wacana  narasi yang  terdapat  dalam teks yang dibacakan
4)      Menyeleksi gagasan dalam jurnal pribadi (buku harian)  yang bisa dikembangkan menjadi  wacana narasi
5)      Mengumpulkan informasi untuk melengkapi gagasan
Kegiatan Inti
1)      Siswa menulis draf secara individu
2)      Siswa membacakan draf kepada guru dan/atau  siswa lain untuk mendapatkan balikan. Balikan  ditekankan pada isi tulisan dan dikaitkan pada ciri khas wacana narasi
3)      Siswa merevisi draf dan mendiskusikan tulisan dengan guru dan/atau teman
4)      Guru  memberikan  pembelajaran mini pada kegiatan ini dan mengamati kerja siswa
5)      Siswa mengedit tulisan dengan memperhatikan aspek mekanik dalam tulisan.  Kegiatan ini dilakukan guru bersama siswa
6)      Siswa  memperbaiki tulisan  berdasarkan balikan  yang diterima dari  kegiatan editing
7)      Siswa mempublikasikan hasilnya
Kegiatan Penutup
1)      Guru dan siswa melakukan refleksi pembelajaran
2)      Siswa menyampaikan pengalamannya saat pembelajaran
Contoh 5: Strategi Tubian Plus
Keterampilan Menulis, membaca, dan berbicara
Pertemuan pertama:  Keterampilan menulis
Kegiatan Pendahuluan
1)      Membagikan contoh teks pidato sebagai model
2)      Menentukan bagian-bagian teks pidato
3)      Memahami langkah-langkah menyusun teks pidato
Kegiatan Inti
1)      Menulis bagian salam
2)      Menulis bagian sapaan
3)      Menulis bagian puji syukur
4)      Menulis bagian pengantar isi
5)      Menulis bagian isi
6)      Menulis bagian penutup isi
7)      Menulis  bagian penutup pidato
8)      Menulis salam penutup
9)      Menukar teks pidatu yang selesai disusun
10)  Mengoreksi tulisan teman sebangku
11)  Merevisi teks pidato
Kegiatan Penutup
1)      Guru dan siswa berefleksi tentang kegiatan pembelajaran dan hasilnya
2)      Guru menugasi siswa berlatih berpidato di rumah
Pertemuan kedua:  Keterampilan membaca
Kegiatan pendahuluan
1)      Membagikan teks pidato
2)      Menjelaskan teknik membaca teks pidato
3)      Menjelaskan langkah-langkah  kegiatan yang akan dilakukan
4)      Membagi kelompok  menjadi 6 bagian berdasarkan deret
5)      Mengajak siswa keluar dari kelas menuju tempat latihan
6)      Mengajak siswa berdiri membentuk lingkaran
7)      Mengajak siswa melakukan peregangan
8)      Mengajak siswa mengatur pernafasan dan posisi berdiri
9)      Membimbing siswa menyuarakan vokal   dari nada rendah, sedang, dan tinggi
10)  Membimbing siswa  menuarakan kata-kata lepas.
Kegiatan Inti
1)      Membimbing siswa  membaca/mengucapkan bagian salam
2)      Membimbing siswa membaca/mengucapkan bagian sapaan
3)      Membimbing siswa  membaca bagian puji syukur
4)      Membimbing siswa membaca bagian pengantar isi
5)      Membimbing siswa membaca bagian isi
6)      Membimbing siswa membaca  bagian penutup isi
7)      Membimbing siswa dalam  bagian penutup pidato
8)      Membimbing siswa dalam membaca salam penutup
9)      Siswa berlatih membaca teks secara mandiri
Kegiatan Penutup
1)      Siswa dan guru melakukan refleksi
2)      Siswa disuruh menyampaikan apa yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai
Pertemuan ketiga: Keterampilan berbicara
Kegiatan Pendahuluan
1)      Guru bertanya jawab tentang kinisik dan mimik saat berpidato
2)      Guru menunjukkan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
1)      Siswa berlatih  mengucapkan salam
2)      Siswa berlatih mengucapkan  bagian sapaan
3)      Siswa berlatih  mengucapkan puji syukur
4)      Siswa berlatih mengucapkan  bagian pengantar isi
5)      Siswa berlatih mengucapkan   bagian isi
6)      Siswa berlatih mengucapkan   bagian penutup isi
7)      Siswa berlatih mengucapkan    bagian  penutup pidato
8)      Siswa berlatih mengucapkan  salam penutup
9)      Siswa berpidato di depan kelas
10)  Siswa dan guru menanggapi pidato temannya
Kegiatan Penutup
1)      Siswa dan guru melakukan refleksi
2)      Siswa mengutarakan kesulitan pembelajaran hari ini
  1. Strategi Pembelajaran dalam PTK
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan guru terhadap proses pembelajaran. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dan reflektif. Kegiatan penelitian harus bersifat siklus, yakni siklus pertama dilanjutkan siklus kedua, dan seterusnya. Karena penelitian ini berkaitan dengan persoalan siswa dan guru, maka guru yang   akan melakukan penelitian tindakan kelas  harus mengetahui  permasalahan siswa  terhadap sulitnya pembelajaran  sehingga siswa tersebut (mayoritas) dalam kelas masih mendapat nilai di bawah stantar yang diinginkan.
Jika sudah ditemukan topik pembelajaran atau kompetensi dasar yang sulit dikuasai siswa, guru perlu mencari solosinya baik yang berkaitan, strategi,  metode, maupun media pembelajaran
Misalnya: Siswa mengalami kesulitan pembelajaran membaca intensif/ menulis cerita pengalaman pribadi/berpidato sehingga mayoritas siswa setiap pembelajaran membaca intensif selalu mendapat nilai di bawah standar.  Guru yang mengalami pembelajaran seperti  itu harus mencari solosi pembelajaran dengan cara membaca referensi  tentang ”pembelajaran membaca intensif” dan ”strategi pembelajaran”
Maka disusunlah penelitian tindakan kelas dengan judul:
  1. Peningkatan Kemampuan  Menulis Pengalaman Pribadi dengan Strategi DWA Siswa Kelas VII SMP Bintang Kecil  Lamongan Tahun Pelajaran 2007/2008
  2. Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif dengan Strategi SQ3R Siswa Kelas VIII SMP Bintang Besar Lamongan Tahun Pelajaran 2007/2008
  3. Peningkatan Keterampilan Pidato dengan Strategi Tubian Plus Siswa Kelas IX SMP Halilintar Lamongan Tahun Pelajaran 2007/2008
Contoh-contoh di atas dapat diilustrasikan sebagai berikut:



Sebelum kita  menulis proposal penelitian tindakan kelas  tentang skema di atas, kita harus menulis prosedur pembelajaran yang rencananya  digunakan pembelajaran pada siklus pertama dan akhirnya diperbaiki (jika nilainya belum memuaskan)  pada siklus kedua dan seterusnya.
Misalnya
Prosedur pembelajaran
1)      Penjelasan tentang (a) masalah yang harus dipecahkan, (b) cara pemecahan masalah, (c) bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan, dan (d) target penyelesaian tugas dalam waktu kurang dari 8 menit
2)      Siswa membentuk kelompok kerja, membaca teks secara cepat untuk memperoleh gambaran (a)  kerangka isi bacaan, (b) fakta, pendapat, dan pesan dalam bacaan, (c) kemungkinan keberadaan  kalimat utama dalam setiap paragraf, dan (d) pertanyaan tentang isi bacaan
3)      Siswa menyusun pertanyaan dan melakukan kegiatan  membaca secara cermat guna menemukan jawaban pertanyaan . Pada tahap ini siswa  tidak boleh melakukan pembahasan . mereka hanya mencatat kemungkinan-kemungkinan jawaban pertanyaan secara individu.
4)      Siswa membahas kemungkinan jawaban pertanyaan  pertanyaan  berdasarkan catatan  yang telah disusun dan melakukan kegiatan pembacaan ulang pada bagian-bagian yang dianggap relevan.
5)      Siswa secara kelompok bersama-sama membahas jawaban pertanyaan dan setiap anggota menuliskan  jawaban tersebut, pada buku tugas. Setelah seluruh jawaban  pertanyaan terselesaikan , siswa mengecek lagi jawaban pertanyaannya  dengan membaca lagi teks secara keseluruhan.
6)      Siswa kembali berkumpul dalam bentuk klasikal. Guru mengajukan pertanyaan pertama. Salah seorang siswa  sebagai wakil kelompok membacakan jawabannya. Kelompok lain diminta menanggapi/membandingkan jawaban tersebut dengan jawaban yang dihasilkan kelompok kerjanya.
7)      Siswa melakukan brainstorming, guru mencatat kemungkinan maslah yang belum dipahami maupun masalah  baru yang muncul
8)      Guru mengadakan klarifikasi menyangkut masalah  yang belum terpecahkan, mengemukakan konsep-konsep baru  secara tiak langsung  telah dipahami siswa, misalnya tentang paragraf, hubungan kalimat utama dengan kalimat penjelas dalam paragraf, fungsi kalimat utama dan kalimat penjelas.
9)      Guru memberi kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami
Berdasarkan prosedur pembelajaran di atas, guru menulis skenario pembelajaran dengan strategi tersebut untuk siklus I dengan mengelompokkan menjadi tiga bagian, yakni kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Selesai menyusun skenario pembelajaran, guru membuat instrumen penelitian. Pembuatannya sama dengan membuat instrumen pedoman penilaian pada penilaian proses /Authentic Assessment).
Contoh
SKENARIO PEMBELAJARAN DALAM  PTK
SIKLUS I                                         REFLEKSI                  SIKLUS II
Kegiatan Pendahuluan
  • Siswa membentuk kelompok yang hiterogin
  • Guru membangkitkan skemata siswa tentang topik bacaan dengan tanya jawab
  • Guru mengkondisikan siswa
  • Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
  • Guru menugasi siswa membaca teks  bacaan  sesuai dengan pembagian  masing-masing anggota kelompok (kelompok kooperatif) dan siswa mulai membaca teks bacaan
  • Guru menugasi siswa berkelompok sesuai dengan teks  yang dibaca (kelompok ahli). Siswa membentuk kelompok baru berdasarkan teks  yang dibaca.
  • Guru menugasi  siswa mendiskusikan isi bacaan (sesuai dengan indikator/pertanyaan). Siswa berdiskusi.
  • Guru membimbing siswa  untuk curah pendapat  untuk menentukan apa yang diinginkan oleh indikator.
  • Guru menyuruh siswa kembali pada  kelompok semula (kelompok kooperatif)
  • Siswa melaksanakan tutor teman sebaya dan melakukan sharing hasil diskusi
  • Siswa menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.
Kegiatan  Penutup
  • Guru bersama-sama siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari ini tentang  beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari sebuah rencana   kegiatan.
  • Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan perasaannya dalam pembelajaran hari ini.
(CATATAN SE-LAMA PEMBELA-JARAN BER-LANGSUNG -POSITIF
-NEGATIF)
BAGIAN NEGATIF DIPERBAIKI SUPAYA MENJADI POSITIF DAN DIRAN-CANG DA-LAM BEN-TUK SKE-NA–RIO
PEM-BELAJARAN
UNTUK
S
I
K
L
U
S
II
Kegiatan Pendahuluan
  • Siswa membentuk kelompok yang hiterogin
  • Guru membangkitkan skemata siswa tentang topik bacaan dengan tanya jawab
  • Guru mengkondisikan siswa
  • Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
  • Guru menugasi siswa membaca teks  bacaan  sesuai dengan pembagian  masing-masing anggota kelompok (kelompok kooperatif) dan siswa mulai membaca teks bacaan
  • Guru menugasi siswa berkelompok sesuai dengan teks  yang dibaca (kelompok ahli). Siswa membentuk kelompok baru berdasarkan teks  yang dibaca.
  • Guru membimbing siswa dalam diksusi kelompok pada setiap kelompok ahli
  • Guru menugasi  siswa mendiskusikan isi bacaan (sesuai dengan indikator/pertanyaan). Siswa berdiskusi.
  • Guru membimbing siswa  untuk curah pendapat  untuk menentukan apa yang diinginkan oleh indikator.
  • Guru menyuruh siswa kembali pada  kelompok semula (kelompok kooperatif)
  • Siswa melaksanakan tutor teman sebaya dan melakukan sharing hasil diskusi
  • Siswa menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.
Kegiatan  Penutup
  • Guru bersama-sama siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari ini tentang  beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari sebuah rencana   kegiatan.
  • Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan perasaannya dalam pembelajaran hari ini.
  1. Penutup
Strategi, metode dan teknik  dalam pembelajaran saling berkaitan.  Ketiga istilah itu sering digunakan guru dalam mengatasi permasalahan pembelajaran. Guru yang melakukan pemecahan masalah dengan strategi atau metode tersebut  secara siklus sampai mendapatkan hasil positif maka guru tersebut sama dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Sayangnya  apa yang telah dilakukan guru tersebut jarang sekali didokumentasikan (ditulis).
Karena menulis karya ilmiah merupakan salah satu kompetensi guru  maka para guru harus mulai sekarang mendokumentasikan apa yang pernah dialaminya dalam proses pembelajaran tersebut. Tulisan guru yang dalam  bentuk karya ilmiah tersebut harus sesuai dengan kriteria karya ilmiah.
PEMBELAJARAN MENULIS NONFIKSI SEBUAH KONSEP, PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN   Oleh: Sujak, S.Pd.,M.Pd
1. Pendahuluan
Farris (1993:20) mengatakan bahwa kemampuan berpikir merupakan dasar bagi semua keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara. membaca, dan menulis). Keempat keterampilan itu saling terkait, yang satu berhubungan dengan yang lainnya. Dalam pembelajaran pun guru tidak bisa hanya menyajikan satu keterampilan saja melainkan dikaitkan dengan keterampilan lainnya. Seorang guru dalam pembelajaran menulis selalu mengadakan tanya jawab, menjelaskan konsep menulis, menyuruh siswa membaca materi. Hal itulah yang mendukung pendapat Farris tersebut ––keterampilan yang satu berkait dengan keterampilan lainnya––. Menurut Syafi’ie (2000:5) selain ada keterkaitan di antara keempat keterampilan tersebut, kebahasaan berada di tengah-tengah keempat keterampilan itu. Hal seperti ini menandakan bahwa penyajian kebahasaan dalam pembelajaran bisa dimasukkan dalam semua keterampilan (membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara). Menurut Puskur (2002:4) Pembelajaran kebahasaan yang berupa kata, kalimat, paragraf dapat disampaikan dalam komunikasi tulis dan lisan (menulis, membaca, mendengarkan), tanda baca, ejaan disampaikan dalam bahasa tulis, sedangkan unsur-unsur kebahasaan yang berkaitan dengan prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan, tempo) dapat disampaikan dalam keterampilan berbicara.
Keterampilan berbahasa yang dianggap paling sulit oleh guru dan siswa adalah menulis karena dalam keterampilan ini siswa dituntut mengaplikasikan semua kebahasaan dalam bentuk formal. Padahal bahasa Indonesia terjadi ”penggembosan bahasa formal dalam kehidupan sehari-hari”. Ini terbukti bagaimana penulisan kata-kata: faham, Nopember, apotik, analisa, dsb. Semua kata yang ditulis itu hampir 80 % pengguna bahasa Indonesia menggap benar, makanya Badudu mengatakan ”salah kaprah”. Untuk merubah pikiran seperti itu, siswa harus banyak latihan menulis. Dalam Kurikulum 2004 (2004:20) Kompetensi Dasar yang berkaitan dengan kemempuan menulis nonsastra adalah (1) menulis buku harian, (2) menulis surat pribadi, (3) menulis teks pengumuman, (4) menyunting karangan sendiri/orang lain, (5) menulis pengalaman, (7) mengubah teks wawancara menjadi narasi, (8) menulis surat resmi, (9) menulis pesan memo, (10) menulis rangkuman dari beberapa teks bacaan yang memiliki kemiripan topik, (11) menulis laporan, (12) menulis surat resmi, (13) menulis ulasan buku biografi, (14) menulis teks berita, (15) menulis rangkuman isi buku ilmu pengetahuan populer, (16) menulis slogan dan poster untuk berbagai keperluan, (17) menulis rencana kegiatan, (18) menulis petunjuk, (19) menulis iklan baris, (20) mencatat hal-hal penting dari buku yang dibaca, (21) menulis karya tulis sederhana dengan menggunakan berbagai sumber, (22) menulis teks pidato/ceramah/khotbah, (23) menulis artikel jurnalistik, (24) meresensi buku pengetahua/penemuan.
Berdasarkan Kompetensi Dasar di atas, kami anggap bagian yang perlu mendapat perhatian dalam pembelajaran menulis adalah (1) menulis teks berita, (2) meresensi buku pengetahuan/penemuan, dan (3) menulis artikel.
2. Konsep Menulis Teks Berita
Teknik Menulis Berita
Pada umumnya para wartawan setiap menulis berita dengan gaya ”piramida terbalik”. Tujuan dari gaya penulisan seperti itu, untuk memudahkan khalayak pembaca yang secara cepat ingin mengetahui apa yang terjadi dalam pemberitaan itu. Di samping itu ada tujuan lain yang bersifat intern, yakni untuk memudahkan para redaktur memotong bagian yang tidak penting dari berita itu yang terletak di bagian paling bawah (akhir) demi menyesuaikan dengan ruang (kolom) yang tersedia di surat kabat yang bersangkuatan. Jadi, gaya piramida terbalik merupakan teknik menulis berita yang disesuaikan dengan sifat khalayak maupun cara kerja wartawan yang sigap dan harus cepat selesai.
Penggunaan ”piramida terbalik” itu bukanlah berarti secara fisik, melainkan ditinjau dari segi ”kepadatan” nilai informasi dari berita yang ditulis itu.
Perhatikan skema di bawah ini.
Judul Berita (headline)
Baris tanggal (dateline)
Teras berita (lead, intro)
Dalam suatu berita memang terdapat sebuah kestuan antara judul berita, baris tanggal, teras berita, dan tubuh berita, masing-masing tidak berdiri sendiri-sendiri, saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu, mengetahui secara lebih terperinci mengenai bagian dari struktur berita tersebut merupakan suatu keharusan. Untuk memahami hal tersebut dapat diikuti beberapa penjabaran berikut ini.
a. Judul Berita
Biasanya disebut headline” berfungsi menolong pembaca yang ingin segera mengenal kejadian-kejadian yang terjadi di sekelilingnya. Fungsi lainnya adalah ada hubungannya dengan teknik grafika (percetkan) khususnya yang menyangkut tipe-tipe huruf, agar lebih menarik perhatian pembaca, peranan penonjolan tipe huruf pada judul berita sangat penting. Memang kenyataan di lapangan, orang yang membaca berita di surat kabar itu biasanya membaca judulnya dulu dan bila judul tersebut menarik perhatiannya maka dia akan meneruskan membaca seluruh berita karena didorong oleh rasa “ingin tahu” tentang isi yang diberitakan. Oleh karena itu merumuskan judul mempunyai syarat: tidak terlalu panjang, bisa mencerminkan inti dari isi berita, dapat memancing orang untuk tertarik.
b. Baris tanggal (dateline)
Menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan singkatan (inisial) dari surat kabar. Sebagai contoh, kita membaca berita di harian Kompas pasti terdapat dateline seperti:
- Semarang, Kompas
Baris tanggal ini menunjukkan bahwa berita tersebut ditulis di Semarang tempat kejadian yang diberitakan tersebut, sedangkan kata Kompas menunjukkan bahwa berita tersebut didapat langsung dari wartawan Kompas, maksudnya bukan kutipan dari surat kabar (media, lembaga berita lainnya).
Lain lagi bila kita membaca berita dengan dateline seperti:
- Bandung, Antara.
Artinya berita tersebut ditulis di Bandung tempat kejadian itu dan ditulis oleh Wartawan Antara (kantor berita) kemudian berita tadi dikutip oleh surat kabar yang bersagkutan. Adakalanya untuk surat kabar yang mempunyai nama terdiri dari dua kata biasnya cukup disingkat, seperi Jawa Pos (JP), Surabaya Post (SP), Suara Karya (SK), dll.
c. Teras Berita
Dalam penulisan berita, yang paling penting dan utama adalah teras berita (lead, intro). Menulis teras berita merupakan bagian yang agak sulit karena teras berita yang baik haruslah mampu menyajikan fakta penting yang diberitakan dan dapat pula menarik minat pembaca untuk meneruskan membaca lebih lanjut.
Untuk menulis teras berita harus diperhatikan penggunaan rumus 5W + 1H. Rumusan ini kalau dijabarkan menjadi enam pertanyaan yang harus dijawab wartawan sebelum mulai menulis teras berita.
a. Who (siapa)
Siapakah yang diberitakan? Siapakah yang terlibat dalam kejadian itu? Siapakah yang berkomentar?
b. What (apa)
Apa yang terjadi? Apa yang diperbuat oleh orang itu?
c. When (kapan)
Kapan hal itu terjadi? Kapan hal itu berubah?
d. Whre (di mana)
Di mana hal itu terjadi?
e. Why (mengapa)
Mengapa peristiwa itu terjadi? Apa sebabnya?
f. How (bagaimana)
Bagaimana peristiwa itu terjadi? Dengan cara bagaimana hal itu terjadi?
Jika kita sudah mampu merumuskan jawaban dari enam pertanyaan tersebut, maka pilihlah hal-hal penting dari jawaban itu untuk menulis teras berita. Agar lebih mudah, bagilah teras berita itu menjadi dua kalimat. Yang pertama berisi kunci peristiwa ditambah dengan hal yang lebih penting, kedua berisi fakta penting lainnya. Gunakan kalimat-kalimat singkat, tetapi mengena pada sasaran, kalimat-kalimat itu akan lebih mudah dibaca dan dimengerti oleh pembaca.
Contoh:
Kemarin pagi di Jalan Embong Malang, Indah (27) pelayan restoran, meningal dunia waktu menyeberang ditabrak mobil sedan dengan kecepatan tinggi dan tidak lagi bisa dikendalikan.
Teras berita pada contoh tersebut sudah mencakup enam pertanyaan
- siapa : Indah, usia 27 tahun, pelayan restoran
- apa : meninggal dunia
- kapan : kemarin pagi
- di mana : Jalan Embong Malang
- mengapa: waktu menyeberang jalan
- bagaimana : ditabrak mobil sedan dengan kecepatan tinggi dan tidak dapat dikendalikan.
Pada perkembangan terakhir ini, kita kenal cara baru yang disebut ”summary-lead’ (teras berita yang dipadatkan) artinya kesatuan gagasan di dalam penulisan berita harus dijadikan pegangan pokok. Jadi hanya unsur terpenting saja yang ditonjolkan dalam teras berita. Sedangkan hal-hal yang tidak relevan dalam berita itu sedapat mungkin dihindarkan. Menurut Suharianto (1991:10) ada bermacam-macam teras berita yang masing-masing menonjolkan kekhususannya, di anataranya adalah:
a. Teras berita siapa (who)
”Kakanwil Depdikbud Jatim Rasio kemarin sore di New Grand Park Hotel Surabaya telah membuka penataran Kepala sekolah seluruh Jawa Timur”.
b. Teras berita (what)
” Penataran Kepala Sekolah se Jawa Timur secara resmi kemarin sore dibuka oleh kakanwil Depdikbud Jawa Timur Rasio di New Grand Park Surabaya”.
c. Teras berita kapan (When)
”Kemarin sore di New Grand Park Surabaya penataran Kepala Sekolah seluruh Jawa Timur dibuka secara resmi oleh Rasio , Kakanwil Depdikbud Jawa Timur”.
d. Teras berita di mana (Where)
“Di New Grand Park kemarin sore penataran Kepala Sekolah seluruh Jawa Timur dibuka Kakanwil Depdikbud Jawa Timur Rasio”.
e. Teras berita mengapa (whay) / bagaimana (how)
“ Untuk meningkatkan mutu Kepala Sekolah, kemarin sore kakanwil Depdikbud Jawa Timur Rasio membuka penataran Kepala sekolah se Jawa Timur di New Grand Park”.
Menurut Materi Pokok PTBK (2004:47) ada lima teras berita, di antaranya; (1) teras simpulan (2) teras pernyataan, (3) teras kutipan, (4) teras kontras, (5) teras eksklamasi. Teras simpulan adalah teras berita yang menyimpulkan atau memadatkan. Teras pernyataan adalah teras berita yang berupa pernyataan. Teras kutipan adalah teras berita yang berupa kutipan ucapan seseoran. Teras kontras adalah teras berita yang berisi sesuatu yang bertentangan dengan apa yang sedang berlaku di masyarakat. Teras eksklamasi adalah teras berita yang berisi sebuah ungkapan yang menunjukkan jeritan, rasa sakit dan ungkapan yang sejenis.
d. Tubuh Berita
Seperti dikemukakan sebelumnya, bahwa penulisan teras berita merupakan bagian yang agak sulit atau mungkin paling sulit dari rangkaian pekerjaan menulis berita. Maka tidak berlebihan bila dikatakan bahwa kalau teras berita sudah tersusun dengan baik, maka menulis bagian berita selanjutnya akan menjadi mudah. Jadi, menulis tubuh berita, tidak lain hanya melanjutkan menulis teras berita, dengan melengkapi fakta-fakta yang diperkuat oleh saksi mata (orang yang melihat langsung kejadian) atau dapat diperoleh dari pejabat yang menangani persoalan yang diberitakan tersebut. Dalam menulis tersebut menurut Rose (2002:136) memerlukan waktu 40 % untuk penelitian, 20 % menulis, dan 40 % revisi. Dengan demikian, setiap sekali menulis harus direvisi dua kali.
3. Pembelajaran Menulis Berita
Berdasarkan Kurikulum 2004 (2004:31) jenis materi setiap pembelajaran dapat dibedakan menajdi empat ; fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Materi jenis fakta adalah materi yang berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebaginya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah menelepon, cara pembuatan telur asin atau cara pembuatan bel listrik.
Jika akan memberikan pembelajaran menulis berita, kita harus mengelompokkan, mana yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan mana yang termasuk prosedur.
Contoh Pembelajaran menulis berita dengan strategi modeling dalam CTL
Bagian pendahuluan
1. Siswa membawa teks berita dari rumah atau disediakan guru
2. Siswa mengamati teks berita dalam surat kabar.
3. Guru bertanya kepada siswa tentang isi berita, ciri-ciri berita, bentuk berita, gaya penulisan berita
4. Guru membantu siswa dalam menentukan ciri-ciri berita tersebut
5. Siswa dan guru menyimpulkan materi konsep tersebut.
Bagian Inti
1. Guru memberi contoh model berita yang ada headline, dateline, lead, dan tubuh berita
2. Guru memberikan lembar kerja yang bagian-bagian 5W + 1H dirumpangkan
3. Siswa disuruh menulis berita berdasarkan peristiwa yang pernah dilihatnya dengan bingkai model berita yang diberikan guru.
4. Siswa mendiskusikan hasil tulisannya dengan teman-temannya (kelompoknya)
5. Siswa merevisi tulisannya
6. Siswa menulis hasil revisinya di kertas manila atau kertas dobel folio.
7. Siswa menempelkan hasil tulisnnya di papan tulis atau di tembok kelasnya untuk dibaca teman-temannya.
Kegiatan Penutup
1. Guru dan siswa menyimpulkan kegiatan
2. Refleksi terhadap kegiatan
3. Penilaian Menulis Berita
Penilaian dalam KBK menganut prinsip penilaian berkelanjutan dan komprehensif guna mendukung upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri. Penilaian dilaksanakan dalam rangka penilaian berbasis kelas. PBK tersebut harus memperhatikan tiga ranah, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Menurut Barokah (2003:11) ketiga ranah ini dinilai secara proporsional sesuai dengan sifat mata pelajaran. Sebagai contoh pelajaran bahasa Indonesia lebih menitikberatkan pada pengembangan keterampilan berbahasa maka penilainnya seharusnya menitikberatkan pada penilaian terhadap keterampilan berbahasa siswa. Karena seperti itu maka guru harus menilai siswa melalui penilaian proses dan penilaian hasil.
Daftar Rujukan
Farris, Pamela J. 1993. Language Art A Process Approach. Wisconsin: Brown & Benchmark Publishers
Harianto, Slamet, tth. Pedoman Penulisan Berita dan Wawancara. Makalah
Hernowo. 2003. Quantum Writing, Cara Cepat Nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. MLC: Bandung.
Puskur. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Rose, Colin. 2002. Acceleratet Learning Systems. Ailesburry: Bucks
Santoso, Barokah. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah:Implementasi Kegiatan Belajar Mengajar. Makalah

1 komentar: