Sabtu, 29 Juni 2013

KAJIAN BAHASA INDONESIA S-1 PGSD

SEJARAH SINGKAT
BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NEGARA/RESMI DAN SEBAGAI BAHASA NASIONAL
Kompetensi Dasar:Mahasiswa dapat menceritakan secara singkat sejarah perkembangan bahasa Indonesia dan mahasiswa  dapat menjelaskan secara singkat pengertian bahasa. Indikator:
  • Mahasiswa mampu menyebutkan  periode singkat sejarah perkembangan bahasa Indonesia.
  • Mahasiswa mampu menulis batasan mengenai bahasa.
  • Mahasiswa mampu  menyebutkan kedudukan bahasa Indonesia  sebagai bahasa nasional.
Materi Pokok
Kridalaksana 91982:2) mengatakan  “bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”. Sedangkan Marsoedi (1978:21)  mengutip pendapat Edward Sapir mengatakan “ bahasa adalah suatu alat untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kemauan yang murni manusiawi dan tidak instingtif dengan pertolongan  sistem lambang-lambang yang diciptakan dengan sengaja.
  1. 1. Sejarah  Bahasa  Indonesia
Kita tahu bahwa   bahwa sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda, bahasa Melayu dipakai  sebagai lingua franca di seluruh kawasan  tanah air kita. Hal itu terjadi sudah berakad-abad sebelumnya. Dengan adanya kondisi yang semacam itu, maka masyarakat kita  sama sekali tidak  bahwa bahasa daerahnya disaingi. Di balik itu mereka  telah menyadari bahwa  bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin  dapat dipakai  sebagai alat perhubungan  antarsuku, sebab yang diajak komunikasi juga mempunyai bahasa daerah sendiri. Adanya bahasa Melayu yang dipakai sebagai lingua franca ini pun tidak akan mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa dareah tetap dipakai  dalam situasi kedaerahan dan tetap berkembang. Kesadaran masyarakat  itulah, khususnya pemuda-pemudanya, yang mendukung lancarnya inspirasi sakta tersebut.
Apakah ada bedanya bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan bahasa Indonesia  pada tanggal 28 Oktober 2928? Perbedaan ujud, baik struktur, sistem, maupun kosakata jelas tidak ada. Jadi,  kerangkanya sama. Yang berbeda adalah semangat dan jiwa barunya. Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu masih bersifat kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi, setelah Sumpah Pemuda semangat dan jiwa Melayu sudah bersifat nasional atau jiwa Indonesia. Pada saat itulah, bahasa Melayu yang berjiwa semangat baru diganti dengan nama bahasa Indonesia.
  1. 2. Proses Terbentuknya Bahasa Indonesia sebagai  Bahasa Negara/Resmi dan  Bahasa Nasional
Sebagaimana kedudukannya sebagai bahasa nasional bahasa Indonesia  sebagai bahasa negara/resmi pun mengalami perjalanan  sejarah yang panjang, sebagaimana yang kami uraikan berikut ini.
Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Ini tidak berarti  sebelumnya tidak ada. Ia merupakan sambungan  yang tidak langsung dari bahasa Melayu. Dikatakan demikian,  sebab pada waktu itu bahasa Melayu masih  juga digunakan  dalam lapangan  pemakaian yang berbeda. Bahasa Melayu digunakan  sebagai bahasa resmi kedua  oleh pemerintah jajahan Hindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia  digunakan di luar situasi pemerintahan tersebuut oleh masyarakat yang mendambakan  persatuan Indonesia dan yang menginginkan kemerdekaan Indonesia. Demikianlah pada saat itu terjadi dualisme pemakaian bahasa yang sama tubuhnya, tetapi berbeda jiwanya:  Jiwa kolonial dan jiwa nasional.
Secara terperinci perbedaan lapangan pemakaian antara  kedua bahasa itu terlihat pada perbandingan berikut ini.
Bahasa Melayu Bahasa Indonesia
  • Bahasa resmi kedua  di samping bahasa Belanda, terutama untuk tingkat yang dianggap rendah
  • Bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang didirikan atau menurut sistem pemerintahan Hindia Belanda
  • Penerbitan-penerbitan yang dikerjakan oleh  jawatan-jawatan milik pemerintah Hindia Belanda.
  • Bahasa yang digunakan dalam gerakan kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
  • Bahasa yang digunakan dalam penerbitan-penerbitan yang bertujuan untuuk mewujudkan cita-cita perjuangan kemerdekaan Indonesia baik berupa (1) bahasa pers, (2) bahasa dalam hasil sastra

Kondisi tersebut berlangsung sampai  tahun 1945.
Bersamaan dengan diproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, diangkat pulalah  bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Hal itu dinyatakan dalam  UUD 1945, Bab XV, pasal 36.
Fungsi bahasa Indonesia  sebagai bahasa negara/resmi menurut Seminar Politik Bahasa Nasional  pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 sebagai berikut: (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar resmi  di lembaga-lembaga pendidikan, (3) bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan  perencanaan dan pelaksanaan pembangunan  serta pemerintah, dan (4)  bahasa resmi  di dalam pengembangan kebudayaan  dan pemanfaatan  ilmu pengetahuan  serta teknologi modern.
Adapun fungsi bahasa Indonesia dalam kedudukan sebagai bahasa nasional menurut  hasil perumusan  Seminar Politik Bahasa Indonesia  pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975  bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional  yang berfungsi sebagai berikut: (1)  lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3)  alat pemersatu  berbagai-bagai masyarakat  yang berbeda-beda latar belakang sosial dan bahasanya, dan (4) alat perhubungan  antarbudaya dan antardaerah.
—-sjk—-
HAKIKAT BAHASA DAN BELAJAR BAHASA
Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menyebutkan salah satu hakikat bahasa dan menyebutkan salah satu fungsi bahasa Indikator:
  • Mahasiswa  dapat  menyebutkan hakikat bahasa
  • Mahasiswa dapat menyebutkan fungsi bahasa
  • Mahasiswa  dapat memberikan contoh hakekat bahasa
  • Mahasiswa dapat memberikan contoh fungsi  bahasa sebagai bahasa nasional
Materi Pokok
  1. Hakekat Bahasa
  1. Pengertian Bahasa
Kita sebagai manusia selalu ingin berinteraksi dengan yang lain baik  secara lisan maupun secara tertulis. Dalam berinteraksi tersebut manusia tentu menggunakan alat, sarana atau media. Alat yang digunakan sebagai media berinteraksi adalah bahasa. Bahasa atau language (bahasa Inggris)  yang asalnya dari bahasa Latin  yang berarti “Lidah.” Kita tahu bahwa alat ucap yang paling dominan digunakan dalam ujaran adalah lidah. Berdasarkan itulah kita bisa mengartikan bahasa secara universal, yakni  suatu bentuk ungkapan  yang bentuk dasarnya ujaran.  Ujaran inilah yang membedakan  manusia dengan makhluk lain karena dengan ujaran ini manusia bisa  mengungkapkan  hal yang nyata  atau tidak, dsb.
Bahasa sebagai alat komunikasi mengandung  beberapa sifat, yakni, sistematik, manasuka, ujar, manusiawi, dan komunikatif.
a)      Sistematik, disebut ini karena  bahasa diatur oleh sistem. Setiap bahasa mengandung dua sistem, yakni sistem bunyi dan sistem makna Bunyi merupakan sesuatu yang  yang bersifat fisik yang dapat ditangkap oleh panca indra kita. Bunyi yang menimbulkan reksi inilah yang disebut ujaran. Setiap arus ujaran dapat menjadi lambang tergantung pada komitmen masyarakatnya. Setiap kelompok masyarakat bahasa baik kecil maupun besar secara konvensional telah menyepakati bahwa setiap struktur bunyi tertentu memiliki arti tertentu pula.
b)      Manasuka, dikatakan manasuka  karena unsur-unsurbahasa dipilih secara acak tanpa dasar. Tidak ada hubungan logis antara bunyi dan makna yang disimbolkannya. Sebagai contoh mengapa manusia yang baru lahir disebut bayi bukan disebut remaja.
c)       Ujaran, dikatakan ujaran   karena media bahasa yang terpenting adalah bunyi walaupun kemudian  ditemui juga media tulisan.
d)      Manusiawi, dikatakan manusiawi karena bahasa  menjadi berfungsi  selama manusia  yang memanfaatkannya, bukan makhluk lainnya.
e)      Komunikatif, bahasa sebagai alat komunikasi karena fungsi bahasa sebagai penyatu keluarga, masyarakat, dan bangsa dalam segala kegiatan.
Perhatikan bagan berikut ini!
Suku kata
Bahasa
Bentuk (arus ujaran)
Makna morfemis
Makna sintaksis
Makna leksikal
Makna (isi)
Bahasa
segmental
Bahasa Suprasegmental
Wacana
Paragraf
kalimat
wacana
klausa
Frasa
kata
morfem
Keterangan:
Unsur suprasegmental terdiri atas intonasi. Unsur-unsur intonasi adalah: tekanan (keras, lembut, ujaran), nada (tinggi, rendah ujaran) durasi (panjang pendek waktu pengucapan) perhentian ( yang membatasi arus ujaran).
fonem
  1. Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yakni  bahasa sebagai alat komunikasi dan bahasa  sebagai bahasa nasional.
Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut.
1)      Fungsi informasi, yaitu  untuk menyampaikan informasi timbal balik  antaranggota keluarga ataupun anggota-anggota masyarakat. Berita, pengumuman, petunjuk pernyataan lisan  ataupuntulisan melalui media  massa  ataupun elektronik meruapakan wujud fungsi bahasa sebagai fungsi informasi.
2)      Fungsi ekspres dirii , yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan, emosi atau tekanan-tekanan perasaan pembicara.
3)      Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuikan dan membaurkan diri dengan  anggota masyarakat. Melalui bahasa seseorang  anggota masyarakat  sedikit demi sedikit  belajar adat istiadat, kebudayaan, pola hidup,  perilaku dan etika masyarakat.
4)      Fungsi kontrol sosial, bahasa berfungsi untuk mempengaruhi  sikap dan pendapat  orang lain. Apabila fungsi ini berlaku dengan baik maka  semua kegiatan sosial  akan berlangsung  dengan baik pula.  Sebagai contoh  pendapat seorang tokoh masyarakat akan didengar  dan ditanggapi dengan  tepat apabila  ia dapat menggunakan bahasa yang komunikatif dan persuasif.
Bahasa Indonesia sebagai bahsa nasional mempunyai fungsi khusus yang sesuai dengan kepentingan bangsa Indonesia. Fungsi tersebut adalah:
1)      Alat untuk menjalankan administrasi negara. Fungsi ini terlihat dalam surat-surat resmi, surat keputusan, peraturan dan perundang-undangan, pidato dan pertemuan resmi.
2)      Alat pemersatu berbgai suku yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda.
3)      Wadah penampung kebudayaan. Semua ilmu pengethuan dan kebudayaan harus diajarkan dan diperdalam dengan mempergunakan  bahasa Indonesia sebagai medianya.
  1. Ragam Bahasa
Ragam bahasa  di bidang wacana dapat dibedakan menjadi:
1)      Ragam ilmiah, yaitu bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah, ceramah, tulisan-tulisan ilmiah.
2)      Ragam populer, yaitu bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari dan dalam tulisan populer.
Ragam bahasa menurut sarana:
1)      Ragam lisan, ragam ini diperjelas dengan intonasi, tyaitu tekanan, nada, tempo suara, dan perhentian.
2)      Ragam tulisan, ragam ini dipengaruhi oleh bentuk, pola kalimat, dan tanda baca.
Ragam bahasa dari sudut pendidikan dapat dibagi atas:
1)      Ragam baku, ragam ini menggunakan kaidah bahasa yang lebih lengkap dibandingkan dengan ragam tidak baku. Ciri ragam bahasa baku adalah (a) memiliki sifat kemantapan dinamis artinya konsisten dengan kaidah dan aturan yang tetap, (b) memiliki sifat kecendekiaan, (3) bahasa baku  dapat mengungkapkan penalaran atau pikiran yang teratur, logis dan masuk akal.
2)      Ragam tidak baku, ragam ini  menggunakan bahasa yang tidak konsisten karena menggunakan kaidah yang sering berubah-ubah.
  1. Belajar Bahasa
Belajar harus melalui proses  yang relatif terus-menerus dijalani dari  berbagai pengalaman. Pengalaman inilah yang membuahkan hasil  yang disebut belajar. Selain itu, belajar  merupakan kegiatan yang kompleks. Artinya di dalam proses belajar terdapat berbagai kondisi yang dapat menentukan keberhasilan belajar.  Faktor yang mempengaruhi   keberhasilan belajar adalah berbagai kondisi  yang berkaitan dengan proses belajar yakni kondisi eksternal dan kondisi internal.
Keterampilan yang paling sederhana  adalah:
1)      Tahap pertama adalah keterampilan mekanis berupa hafalan atau ingatan.
2)      Tahap kedua adalah pengetahuan berupa demonstrasi pengetahuan  tentang fakta kaidah tentang bahasa yang dipelajari.
3)      Tahap ketiga adalah keterampilan transfer. Murid menggunakan pengetahuan dalam situasi baru.
4)      Tahap keempat adalah komunikasi. Penggunaan bahasa yang dipelajari  sebagai sarana komunikasi.
5)      Tahap kriti, kemampuan manganlisis dan mengevaluasi karangan atau karya tulis maupun lisan
Latihan
  1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bahasa?
  2. Faktor apa saja yang mempengaruhi proses belajar bahasa?
  3. Mengapa pengalaman belajar  berbahasa murid perlu diketahui oleh guru?
—sjk—
RAGAM BAHASA
Kompetensi Dasar: Mahasiswa mampu mengidentifikasi ragam bahasa (ilmiah, sastra, lisan, tulisan) Indikator:
  • Mahasiswa  dapat  menjelaskan ragam bahasa resmi
  • Mahasiswa dapat menjelaskan ragam bahasa ilmiah
  • Mahasiswa dapat menjelaskan ragam bahasa  lisan
  • Mahasiswa dapat menjelaskan ragam bahasa tulis
Materi Pokok
Jika kita mempelajari ragam bahasa tentu ada beberapa  ragam di antaranya adalah ragam bahsa resmi, ragam bahasa tidak resmi,  ragam bahasa ilmiah,  ragam bahasa sastra, ragam bahasa lisan, ragam  ragam bahasa tulis.
1. Ragam Bahasa Resmi
Marilah kita ingat kembali, landasan historis dan landasan yuridis yang kuat bagi bahasa Indonesia. Landasan pertama dapat kita lihat pada dokumen historis, yakni tercantum dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, sedangkan landasan yuridis dapat kita lihat dalam UUD 1945.
Bertdasarkan kedua landasan itu bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Nasional dan bahasa Negara. Sebagai bahasa Nasional, bahasa Indonesia berfungsi (1)  lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3)  alat yang  memungkinkan penyatuan berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang  sosial budaya dan bahasanya ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia, dan (4) alat perhubungan antardaerah dan antarsuku. Di  dalam kedudukannya  sebagai  bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi: (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di lembaga pendidikan, (3) alat perhubungan tinkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembengunan serta pemerintahan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
Bertolak dari landasan kedua di atas, bahasa resmi adalah bahasa yang digunakan oleh pembicara (orang pertama0 dan lawan berbicara (orang kedua) dalam situasi resmi atau pada tingkat formalitas penuturan.
2. Ragam Bahasa Tak Resmi
Sebenarnya, Anda mengetahui ragam bahasa tak resmi, karena pada hakekatnya  dalam penjelasan ragam bahasa resmi  sudah tercermin ragam bahasa tak resmi. Hal ini disebabkan oleh ukuran penentu resmi dan tidak resmi  merupakan balikan positif dan negatif.
Jadi, ragam bahasa tak resmi adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi antara pembicara dengan lawan bicara yang telah melepaskan kedudukan, hak, dan  kewajibannya karena hubungan personalatau disebut interaksi  personal.
3. Ragam Bahasa Ilmiah
Ragam bahasa ilmiah semata-mata ditujukan kepada lingkungan keahlian tertentu yang bertumpu pada  pengetahuan yang diperolehnya dengan pendekatan ilmiah, dengan langkah-langkah yang ajeg, teratur, terkontrol,  dan terpolakan yang diakui oleh ilmu tersebut. Pendekatan ilmiah akan menghasilkan kesimpulan yang serupa bagi  hampir  setiap orang, karena pendekatan tersebut tidak diwarnai oleh  keyakinan individu, bias, dan perasaan. Cara penyimpulannya  bukan bersifat subjektif, melainkan objektif. Jadi dengan pendekatan ilmiah, manusia berusaha  untuk memperoleh kebenaran ilmiah, yaitu pengetahuan yang benar, yang kebenarannya terbuka untuk diuji oleh siapa saja yang menghendaki untuk mengujinya.
Bahasa ilmiah adalah  bahasa pikiran yang sungguh-sungguh, karena yang disampaikan merupakan aktivitas pikiran, ditujukan kepada pikiran dan ditangkap dengan pikiran pula. Oleh sebab itu, bahasa yang dipergunakan terbebas dari unsur-unsur emotif. Baasa ilmiah harus bersifat reproduktif, artinya bila si pembicara  menyampaikan  informas berupa X si lawan bicara harus menerima X pula.
Demikian juga, dalam bahasa ilmiah hampir setiap kata dan kalimat digunakan secermat-cermatnya agar serasi benar dengan pengertian-pengertian yang akan dikomunikasikan. Dengan demikian ragam bahasa ilmiah seakan-akan foto dari aktivitas pikiran  yang dapat dipertanggungjawabkan.
4. Ragam Bahasa Sastra
Ragam bahasa sastra adalah salah satu ragam bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pikiran dan perasaan, fantasi dan imajinasi, penghayatan batin dan lahir, peristiwa/ kejadian dan khayalan dengan bentuk-bentuk bahasa menurut tatanan khusus  dalam penuturannya. Kekhususan tataran itu bukan karena rancak dan sedapnya didengar/dibaca, melainkan karena kekuatan efeknya kepada pendengar/ pembaca  dan karena cara penuturannya. Fungsi bahasa dalam ragam ini dapat dipakai sebagai bahan aktivitas seni dan sebagai alat komunikasi.
Untuk memperbesar efek penuturannya, biasanya sastrawan mengerahkan segala kemampuan yang ada dalam bahasa itu baik sebagai bahan maupun sebagai alat komunikasi. Misalnya untuk mempertinggi efek penuturan, sastrawan dapat menggunakan arti, bunyi, asosiasi, irama, tekana, suara, persesuaian bunyi kata, sajak, asonansi, aliterasi ulangan kata/kalimat, dsb. Dalam ragam ini ada kata khusus yang dipakai dalam aktivitas seni tersebut, misalnya kata bayu, bahari, juita , dsb.
5. Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah ragam  bahasa tutur yang dipakai dalam peristiwa tutur lisan: antara pembicara dengan lawan bicara melalui proses yang terjadi  pada diri merekan – perjalanan tutur  dari pembicara kepada lawan bicara  dan melalui proses penghayatan  tutur oleh lawan bicara yang berlangsung pada tempat  dan waktu yang relatif bersamaan; sehingga unsur-unsur spontanitas, situasi penuturan, dan unsur gejala jiwa sangat berpengaruh dalam struktur bahasa yang digunakan. Misalnya, pmakaian struktur kalimat sering kali kurang sempurna/tidak gramatikal, karena penutur tanpa banyak berpikir dan dapat dibantu dengan gerakan-gerakan  anggota tubuh, intonasi, mimik, dan sebaginya.
6. Ragam Bahasa Tulis
Secara historis, kehadiran bahasa tulis lebih kemudian  kalau dibandingkan dengan bahasa lisan. Alfabet untuk mewakili bunyi bahasa baru ditemukan sekitar tahun 1700 sebelum masehi. Oleh karena itu, bahasa tulis  bentuk sekedarnya bahasa merupakan tiruan atau gambar dari bahasa lisan.
Apabila dibandingkan dengan peristiwa tutur lisan, peristiwa tutur lisan dalam proses pemakaian bahasa unsur-unsur spontanitas bertutur tidak atau sedikit terjadi; situasi penuturan  dialihkan pada penggunaan kata-kata, struktur kalimat yang jelas-tegas, dan penggunaan tanda-tanda baca yangtepat guna  atau berhasil guna sebagai pengganti  intonasi; sedankan unsur gejala jiwa dalam pemakaian  bahasa tulis yang paling dominan adalah pikiran, bukan unsur perasaan. Oleh karena itu, ragam bahasa tulis lebih hati-hati dalam pemakaian  bahasa  kalau dibandingkan  dengan ragam bahasa lisan, sehingga kebakuan bahasa dalam ragam tulis relatif lebih dominan daripada  ragam bahasa lisan.
Latihan:
  1. Apa yang dimaksud dengan ragam bahasa?
  2. Apa yng dimaksud ragam bahasa resmi dan ragam bahasa tidak resmi?
  3. Apa yang dimaksud ragam bahasa ilmiah dan ragam bahasa  sastra?
  4. Sebutkan ragam bahasa berdasarkan saluran komunikasi!
  5. Apakah yang menjadi ukuran penentu ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis  dari sudut struktur bahasa yang digunakan?
Daftar Rujukan
Halim, Amran. 1980. Politik bahasa Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.
————–. 1980 Politik Bahasa Indonesia II Jakarta: Balai Pustaka
Kridaleksana, Harimurti. 1980. Fungsi dan Sikap Bahasa. Flores: Nusa Indah.
Oka, I Gusti Ngurah. 1978. Ritorik Sebuah Tinjauan Pengantar. Bandung: Ternate.
Samsuri. 1976. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
—-sjk—-
PENGGUNAAN  PEDOMAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN
BERDASARKAN PERMEN PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 46 TAHUN 2009
Kompetensi Dasar: Mahasiswa mampu  menggunakan EYD yang berlaku Indikator:
  1. Mahasiswa  dapat  menulis dengan menggunakan  huruf sesuai dengan EYD
  2. Mahasiswa dapat  menulis dengan menggunakan tanda baca berdasarkan EYD yang berlaku.
  3. Mahasiswa dapat  menulis dengan  menggunakan istilah berdasarkan EYD
Materi Pokok
Unduh di : http://www.sujak2010.blogspot.com/
—–sjk—-
SISTEM FONOLOGI DAN EJAAN BAHASA INDONESIA
Kompetensi Dasar:Mahasiswa mampu mengidentifikasi  fonologi dan ejaan bahasa Indonesia Indikatotr:
  • Mahasiswa  dapat membedakan antara fonetik dengan  fonemik.
  • Mahasiswa  dapat menjelaskan  pengertian intonasi dengan benar.
  • Mahasiswa dapat menelaah Ejaan bahasa Indonesia.
Fonologi adalah ilmu yang membelajari sistem bunyi bahasa Indonesia. Fonologi  dalam tuturan ilmu bahasa  dibagi menjadi dua bagian, yaitu, (1) Fonetik, yaitu  ilmu bahasa yang membahas  tentang bunyi-bunyi ujaran  yang dipakai dalam tutur dan bagaimana bunyi itu  dihasilkan oleh alat ucap manusia, dan (2) Fonemik, yaitu ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna. Tiap bunyi ujaran dalam satu bahasa mempunyai fungsi membedakan arti. Bunyi ujaran  yang dapat membedakan arti disebut fonem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar